Dalam pekan ini IAIN Surakarta bagaikan mendapat limpahan berkah yang luar biasa. Dua program studi mendapatkan nilai terbaik akreditasi BAN-PT. Prodi PGRA yang nantinya berubah menjadi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) mendapatkan akreditasi B yang dapat dinilai sebagai hasil maksimal karena PGRA merupakan prodi baru. Belum banyak PTKI yang memiliki Prodi PGRA dengan akreditasi B. Sedangkan Ilmu Aqidah (IA), akan menjadi Prodi Akidah dan Filsafat Islam (AFI) menjadi tonggak sejarah baru sebagai Prodi pertama yang mendapatkan akreditasi A di kampus hijau.

Keberhasilan kedua prodi tersebut memberikan pelajaran berharga bagi IAIN Surakarta. Pertama, pengakuan eksternal berupa akreditasi akan didapat optimal jika pengelola, dalam hal ini pengelola prodi dan fakultas, memiliki komiten yang tinggi untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu secara internal. Peningkatan mutu internal dalam pengelolaan prodi secara terus menerus akan berdampak pada pengakuan eksternal, yang  pada hakikatnya bertujuan untuk kepuasan stakeholders, baik internal maupun internal. Di antara stakeholder internal dan eksternal yang utama adalah mahasiswa dan pengguna lulusan.

Kedua, kerja sama antar pemangku amanah dalam pengelolaan program studi menjadi keniscayaan untuk mewujudkan kepuasan stakeholders.  Tidak ada sebuah keberhasilan yang dihasilkan secara mandiri tanpa kerja sama yang baik antar berbagai pihak yang. Ketiga, diperlukan kerja keras dalam penyusunan borang akreditasi untuk bisa mendeskripsikan secara baik poin-poin yang menjadi penilaian dalam borang agar mendapatkan hasil yang baik dengan terus melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga dan unit terkait di tingkat institut seperti LPM, LP2M, Perpustakaan dan lain-lain.

Sebagai pembelajaran di bawah ini dipaparkan kilasan enam catatan dalam proses persiapan  akreditasi. Pertama, tim akreditasi prodi yang solid. Dalam proses penyusunan borang program studi dan fakultas tim yang solid merupakan syarat pertama dan utama. 4-5 orang untuk tim penyusun borang program studi dan 4-5 orang untuk tim borang fakultas, cukup sebagai tim ad hoc penyusun.  Sedikit jumlah anggota tim, tampaknya lebih efektif dibanding jumlah yang gemuk. Dengan tim yang banyak tak jarang dihinggapi penyakit saling njagakke. Selain tim penyusun, dibutuhkan tim penyuplai data minimal 2-3 orang. Tim ini  bertugas menyediakan data-data pendukung dalam proses penyusunan borang.  Wadek II dan Kepala bagian umum dan administrasi fakultas, tepat pada posisi ini karena memiliki jangkauan strategis dalam fungsi data.

Kedua, support pimpinan. Akreditasi baik oleh BAN PT maupun lembaga akreditasi internasional bukanlah ritual lima tahunan. Akreditasi merupakan  uji kelayakan proses tri dharma perguruan tinggi berdasar standar tertentu. BAN PT merupakan kepanjangan tangan negara yang bertugas melakukan uji kelayakan berdasar standar nasional pendidikan tinggi.

Akreditasi dapat diibaratkan film dokumenter dari realitas nyata proses tri dharma yang terjadi. Akreditasi program studi dengan demikian, merupakan buah dari suatu sistem penjaminan mutu internal (SPMI) yang telah diberlakukan oleh suatu  perguruan tinggi dalam lingkup program studi dan fakultas. Berdasar hal itu maka,  support pimpinan menjadi suatu kemestian dalam keseluruhan proses akreditasi.

Ketiga, pendampingan internal. Dalam proses penyusunan borang  dibutukan pendampingan yang berkesinambungan. Pertama-tama dilakukan oleh Lembaga Penjaminan Mutu. Dalam program pendampingan dapat terdiri dari penyusunan borang bersama tim program studi, bedah borang, scooring dan revisi, simulasi dan pendampingan dalam pemenuhan bukti-bukti pendukung.

Keempat, pendampingan eksternal. Setelah pendampingan internal diperlukan pula pendampingan oleh pihak reviewer eksternal. Reviewer eksternal yang dimaksud adalah ahli yang memahami seluk beluk akreditasi. Hal yang tidak boleh diabaikan adalah hasil revisi berdasar catatan reviewer eksternal harus disampaikankan kembali ke reviewer eksternal, misalnya dengan pola sorogan. Hal ini untuk memvalidasi hasil perbaikan.

Kelima, optimalisasi  data pendukung. Pemenuhan data-data pendukung sesuai apa yang tertulis dalam borang merupakan hal yang harus dikedepankan. Bahkan disarankan bukti-bukti pendukung harus lebih baik dari apa yang tertulis di borang. Dalam proses inilah, keterlibatan dan kerja sama semua pihak yaitu dosen, tenaga kependidikan dan pimpinan harus bahu membahu dalam optimalisasi data pendukung.

Keenam, optimalisasi visitasi. Hal terakhir yang harus dioptimalkan adalah persiapan visitasi akreditasi. Visitasi merupakan kulminasi dari keseluruhan proses persiapan akreditasi. Dalam pelaksanaan visitasi tim manajemen fakultas dan program studi harus dapat meyakinkan tim asesor dengan bukti-bukti yang valid dan sempurna. Alhamdulillah, sejak tahun 2016 pelaksanaan visitasi akreditasi dipusatkan di gedung Rektorat dengan dukungan penuh dari Rektor beserta jajarannya.

Akhirnya, diucapkan selamat untuk kedua prodi yang baru saja mendapatkan nilai akreditasi terbaik. Semoga hasil akreditasi PGRA (PIAUD) dan IA (AFI) menjadi pemacu bagi program studi-program studi lain untuk meningkatkan mutu dan mempersiapkan akreditasi dengan lebih matang.  Insya Allah sebagai konsekuensi logis dari kerja keras dan kerja yang cerdas secara bersama-sama, maka bukan hanya nilai terbaik akreditasi program studi yang diperoleh, melainkan kepercayaan dan pengakuan masyarakat akan semakin kuat pula.

Categories:

Tags:

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *